Mengenai Saya

Foto saya
kami adalah mahasiswa pendidikan sejarah.. mahasiswa yang selalu dicerca, yang hanya mempelajari masa yang telah berlalu... namun kami punya keyakinan semua ada ahlinya, dan kami adalah mahasiswa yang mempunyai sedikit kelebihan dalam mempelajari sejarah.

Minggu, 15 Maret 2009

Subjektifitas dan Objektifitas dalam Sejarah

Dalam melakukan penelitian sejarah, terdapat lima tahap yaitu: Pemilihan topik, Pengumpulan Sumber, Verifikasi, Interpretasi dan yang terakhir adalah Penulisan. Interpretasi atau penafsiran sering disebut biang subjektifitas.[1] Tetapi apabila tanpa penafsiran dari sejarahwan, sebuah data atau fakta sejarah tidak dapat berbicara. Sehingga ketika kita akan melakukan Interpretasi, disini kita harus berhati-hati karena dalam tahap ini kita akan melakukan sebuah hasil analisis, yang tidak jarang hal tersebut justru akan memancing subjektifitas. Tahap dalam interpretasi adalah analisis yang berarti menguraikan, dan terkadang sebauh sumber mengandung berebarapa kemungkinan sehingga sejarahwan harus benar-benar teliti untuk mengetahui mengenai kebenaran dari kemungkinan-kemungkinan tersbeut. Dalam penulisan sejarah. Objek dalam Sejarah ialah waktu dan manusia, dan dalam diri setiap manusia memiliki pemikiran, pandangan dan kesan yang berbeda dalam memandang suatu masalah atau suatu kejadian. Didalam sejarah kita mengenal istilah subjektifitas dan objektifitas. Subjektifitas sendiri adalah sebuah kebenaran yang sangat erat kaitannya dengan penilaian dan cara pandang orang tersebut dalam melihat, menceritakan, dan menggambarkan sebuah peristiwa.

Dalam realita yang terjadi, subjektifitas tidak bisa dilepaskan dari penulisan sejarah karena subjektifitas ada dalam pemikiran manusia, manusia memiliki bias personal yang kemudian menjadikan tiap orang memiliki pemahaman yang berbeda di dalam sebuah peristiwa. Kemudian manusia cenderung punya sifat yang ingin melakukan pembelaan, baik itu untuk dirinya sendiri, untuk keluarganya, untuk kelompok dan komunitasnya.

Selain itu manusia memiliki perasaan antara suka dan tidak suka, sehingga perasaan tersebut kemudian juga menbaur dan membumbui setiap apa yang diceritakannya. Faktor Ideologi juga mempengaruhi penulis atau nara sumber dalam menceritakan sebuah informasi. Kemudian adanya ”orang besar” yang saat itu berkuasa juga mempengaruhi penulisan sejarah. Dan karena pada umumnya kesaksian dari pengamat atau pelapor (nara sumber) berasal dari orang yang terdidik dan berpengalaman dalam bidang yang digelutinya, maka laporan yang ia berikan akan lebih unggul dari hasil pengamatan orang yang tak terdidik dan yang insidentil, sehingga semakin besar keahlian si pengarang pada bidang yang dilaporkannya, semakin dipercaya laporan itu.[2]

Sedangkan Objektifitas ialah sebuah kebenaran yang tidak terkait dengan pendapat, penilaian dan cara pandang seseorang, jadi sifat dari objektifitas adalah merdeka. Dalam kenyataannya tidak akan pernah ada objektifitas yang absolut dalam sejarah atau objektifitas yang benar-benar objektif dan tidak terdapat unsur lain didalamnya, hal itu dikarenakan objek dari sejarah sendiri adalah manusia. Disini yang dapat dilakukan oleh sejarahwa adalah dengan mengurangi unsur subjektifitas dalam penulisan (memperkesil subjektifitas) atau yang biasa disebut intersubjektifitas.

Daftar Pustaka

Kuntowijoyo.___. Pengantar Ilmu Sejarah. Yokyakarta: Bentang.

Gottschalk, Louis. 1975. Mengerti sejarah. Jakarta: Universitas Indinesia Press.



[1] Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah. Yokyakarta: Bentang.__. Hlm.101.

[2] Gottschalk, Louis. Mengerti sejarah. Jakarta: Universitas Indinesia Press. 1975. Hlm.60




Gita Prasetiani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar