Mengenai Saya

Foto saya
kami adalah mahasiswa pendidikan sejarah.. mahasiswa yang selalu dicerca, yang hanya mempelajari masa yang telah berlalu... namun kami punya keyakinan semua ada ahlinya, dan kami adalah mahasiswa yang mempunyai sedikit kelebihan dalam mempelajari sejarah.

Selasa, 10 Maret 2009

GURU: BURAM!

…Umar Bakri Umar Bakri/Pegawai Negeri/Umar Bakri Umar Bakri/Empat puluh tahun mengabdi/Jadi guru jujur berbakti memang makan hati/Umar Bakri Umar Bakri/Banyak ciptakan menteri/Umar Bakri/Profesor dokter insinyurpun jadi (Bikin otak orang seperti otak Habibie)/…Bakri Bakri/Kasian amat loe jadi orang…

Membuka album sejarah bangsa, mau tidak mau kita pun “dipaksa” menatap potret suram sosok-sosok berjuluk guru yang konon merupakan pahlawan tanpa tanda jasa. Guru Umar Bakri karya Iwan Fals dalam Album Sarjana Muda 1991 yang tertera dalam paragraf di atas boleh jadi merupakan potongan kebenaran yang sedikit melandasi pernyataan tersebut. Pengabdian tanpa apresiasi.
Sejauhmana guru berperan terhadap terhadap pendidikan? Bukan suatu hal mudah untuk menjawab pertanyaan tersebut, lebih-lebih sekarang ini dimana mental guru tidak ada bedanya dengan teroris: amoral; pecundang. Kasus penggerebekan Detasemen 88 terhadap guru-guru di salah satu sekolah di Sumatera Utara kiranya menjadi jawaban yang tidak dapat disangkal lagi kebenarannya. Toh, sudah menjadi rahasia umum, guru mau melakukan apapun jika sudah menyangkut gaji, pejabat, dan sistem. Terkait dengan hal ini, kerato basa guru dalam bahasa Jawa yang digambarkan sebagai sosok digugu dan ditiru pun agaknya perlu dievalusi dan sah-sah saja jika kemudian berubah persepsi menjadi sosok wagu tur saru.
Terlepas dari kenyataan sekarang itu yang menguatkan posisi guru sebagai sosok yang tidak lebih dari seorang pencundang, merupakan suatu hal bijak bagi kita kiranya untuk tidak melupakan sosok guru di masa lalu. Gajahmada, Soekarno, Sjahrir, B.J. Habibie dan Pramudya Ananta Toer tentu tidak akan lahir tanpa tangan-tangan dingin guru. Pun begitu juga Hatta, Yamin, atau Chairil Anwar.
Akan tetapi, melihat kenyataan sekarang ini, sungguh sangsi kiranya guru dapat melaksanakan perannya dengan baik. Bagaimana mungkin akan dapat membuka jendela hati dan jiwa tunas-tunas bangsa jika hati dan jiwa guru-guru itu sendiri pun masih butuh disikat. Bahkan Undang-Undang Guru dan Dosen pun belum massif membawa angin perubahan yang diidam-idamkan pendidikan. Bakri Bakri/Kasian amat loe jadi orang…
(Galuh Ambar)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar